Analisis Fundamental Saham BBKP


Bank Bukopin Tbk, yang selanjutnya disebut dengan BBKP berdiri pada 10 Juli 1970, dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat Bukopin), dengan tujuan utama memperhatikan dan melayani kepentingan gerakan koperasi di Indonesia. Setelah lebih dari 20 tahun berkiprah, Bukopin kemudian melakukan penggabungan usaha dengan beberapa bank umum koperasi. Berdasarkan proses ini, nama Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) kemudian diubah menjadi Bank Bukopin. Perubahan nama tersebut disahkan dalam Rapat Anggota Bank Umum Koperasi Indonesia yang dituangkan dalam surat No. 03/RA/XII/89 tanggal 2 Januari 1990. Pada perkembangan selanjutnya, status badan hukum Bank Bukopin berubah dari koperasi menjadi perseroan terbatas

Pada awalnya, bisnis Bank Bukopin fokus pada segmen ritel, yang terdiri dari segmen Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Koperasi (UMKMK). Namun demikian, sejalan dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Perseroan kemudian melebarkan sayap bisnisnya ke segmen komersial dan konsumer serta syariah.

Pada 10 Juli tahun 2006 Bank Bukopin melakukan penjualan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dengan kode saham BBKP. Saat itu, Bank Bukopin menerbitkan saham baru sebanyak 843.765.500 saham dengan harga perdana Rp350 per saham.
Saat ini, Bank Bukopin beroperasi dan melayani pasar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam operasional sehari-hari, Perseroan didukung lebih dari 409 outletyang tersebar di 24 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time online.

Perseroan juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 409 outlet. wujud program kemitraan dengan koperasi. memiliki 834 ATM Bukopin. Kartu ATM Bukopin terkoneksi dengan seluruh jaringan Prima ATM Bersama dan Plus di seluruh Tanah Air. Seluruh kantor Bank Bukopin telah terhubung dalam satu jaringan real time online.
Hingga akhir tahun 2019, Bank Bukopin memiliki 2 (dua) anak perusahaan, yaitu PT Bank Syariah Bukopin (BSB) dan PT Bukopin Finance (BUFIN)

Penulis akan coba membedah kondisi keuangan Bank Bukopin atau BBKP menggunakan beberapa rasio sederhana. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan kuartal 1 tahun 2020.

Rasio pertama yang kita bandingkan adalah Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau dalam bahasa inggris Capital Adequasi Ratio. Rasio yang menunjukkan  kemampuan bank untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Sederhananya, rasio yang menggambarkan kekuatan modal Bank, jadi semakin besar semakin bagus. KPMM bank bukopin ada di angka dan 12,59% sedangkan Bank BRI ada di angka 18,23%

Rasio Kedua terkait Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Cadangan yang dibuat bank dengan tujuan menghadapi riskokerugian yang diakibatkan penanaman dana dalam aktiva produktif. Sederhananya CKPN adalah dana yang dicadangkan bank untuk mengantisipasi aset piutang kredit dan lain-lain yang berisiko tinggi untuk macet. CKPN Bank Bukopin ada di angka 2,07% dan BBRI memiliki CKPN sebesar 5,09%. Semakin besar dana yang dicadangkan tentunya makin bagus.

Rasio Ketiga, Non Performing Loan (NPL) memberikan kita gambaran seberapa besar kredit bermasalah bila dibandingkan dengan seluruh kredit yang disalurkan. Semakin kecil NPL nya semakin sedikit kredit bermasalah yang dimiliki bank. Bank Bukopin memiliki NPL 3,40% dan BBRI ada di angka 0,63%.

Rasio keempat adalah Net Interest Margin (NIM) atau dalam bahasa indonesia margin bunga bersih adalah selisih bunga yang diterima bank dari kredit yang disalurkan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah (tabungan, giro deposito dll). Semakin tinggi selisihnya tentunya semakin bagus. NIM bank Bukopin ada di angka 2,44% sedangkan NIM BBRI mencapai 6,66%.

Rasio kelima, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan operasinya. Semakin kecil nilainya tentu semakin bagus. BOPO Bank Bukopin ada di angka 95,50% sedangkan BOPO Bank BRI hanya 72,97%.

Penulis memilih membandingkan Kondisi Keuangan Bank Bukopin dengan Bank BRI karena memiliki fokus penyaluran pada sektor UMKM. Bila di lihat dari rasio diatas terdapat perbedaan yang sangat mencolok terkait Rasio Kredit Macet, Beban Operasional dan NIM. NIM BBRI hampir 3 kali lipat dari NIM yang dihasilkan BBKP. Untuk yang masih bingung dengan rasio rasio diatas bisa dibaca penjelasanya di artikel sebelumnya KPMM, CKPM dan NIM saham Bank

Sekilas tidak ada yang istimewa dengan Bank Bukopin, lantas apa yang membuat pergerakan harga sahamnya akhir-akhir ini begitu fluktuatif. Setelah ditelusuri, ternyata hal ini dipicu oleh keterbukaan informasi terkait Aksi Koorporasi BBKP yang di publikasikan di website resmi Bursa Efek Indonesia tanggal 30 Desember 2019.

BBKP menyampaikan rencana BBKP untuk melaksanakan Penawaran Umum Terbatas V dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,660,763,499 lembar guna mendukung perkembangan bisnisnya. Rencana ini, memang telah disampaikan 5 bulan yang lalu, namun yang membuat harga sahamnya kembali berfluktuasi adalah Laporan Informasi Bahwa KB Kookmin Bank akan merealisasikan keinginannya menjadi pemegang saham pengendali BBKP. 11 juni 2020, Otoritas Jasa Keuangan telah menerima pernyataan Kookmin Bank, Grup finansial terbesar di Korea Selatan yang saat ini memiliki 22% saham BBKP telah siap menjadi pemegang pengendali mayoritas dengan mengambil alih kepemilikan  sekurang-kurangnya 51% saham BBKP.

Nah untuk kelanjutan prosesnya, kita akan bahas lagi setelah BBKP menentukan harga pelaksanaan HMETD nya.

Post a Comment for "Analisis Fundamental Saham BBKP"