Analisis Fundamental Saham BBNI


Analisis Fundamental Saham BBNI

Sebagai Bank pertama di Indonesia yang berdiri pada tanggal 5 Juli 1946, dan dikenal oleh masyarakat dengan nama BNI 46. Telah melakukan IPO pada tahun 1996 dengan kode saham BBNI. Saat ini 60% sahamnya dimiliki pemerintah dan 40% dimiliki oleh masyarakat. Desember 2019, BNI memiliki 1 (satu) KantorPusat, 17 Kantor Wilayah, 6 Kantor Cabang Luar Negeri dan 2.247 jaringan kantor yang terdiri dari kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan jaringan kantor lainnya seperti payment point dan O-Branch. Selain itu, BNI juga memiliki Agen 46 di seluruh provinsi di Indonesia

BNI terus bertransformasidan mengembangkan serta memperkuat kapabilitas sebagai bank digital. Pada tahun 2019, BNI merupakan Bank BUMN pertama yang meluncurkan layanan pembukaan rekening secara digital. Digitralisasi layanan lain melalui transformasi penyaluran kredit berbasis konvensional menjadi berbasis teknologi digital menggunakan aplikasi digital loan.

Pada laporan tahunan terakhirnya, BNI melaporkan pengguna mobile banking nya telah mencapai 4,9 juta atau meningkat 68,6% dari tahun sebelumnya. 202 juta kali transaksi setara dengan peningkatan 108,4% dar tahun sebelumnya. Nilai transaksi mencapai 316 Triliun, meningkat 136,7%

BNI juga telah memiliki agen 46 sebanyak 157.000, meningkat 28,7% dari tahun sebelumnya. Jumlah transaksinya juga menunjukkanpeningkatan 57,5% menjadi  125 juta transaksi. Nilai transaksinya mencapai 160 Triliun, yang juga mengalami peningkatan 68,9% dari tahun sebelumnya.

Saat ini BNI memiliki 5 anak usaha atau entitas Asosiasi
  1. PT Bank BNI Syariah (Perbankan Syariah)
  2. PT BNI Multifinance (Pembiayaan Konsumen)
  3. PT BNI Sekuritas (Brokerage dan underwriter)
  4. PT BNI Life Insurance (Jasa Asuransi Jiwa)
  5. PT BNI ramittance (Jasa Pengiriman Uang)
Selanjutnya kita akan bedah rasio fundamental BBNI

Kewajiban Penyediaan Modal Minumum (KPMM) atau dalam bahasa inggris Capital Adequacy Ratio (CAR).  Kemampuan Bank untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Pada laporan keungan kurtal 1 tahun 2020 tercatat KPMM nya sebesar 16%. Artinya dari aset BBNI sebesar 803 T, 16% diantaranya atau sekitar  128 T adalah milik BBNI dan selebihnya merupakan hutang, dana pihak ketiga dan seterusnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang kekuatan modal bank. Jadi semakin besar angkanya semakin kuat modal bank yang bersangkutan. Angka ini, masih di bawah rata rata KPMM yang dipublikasikan OJK pada bulan maret yaitu sebesar 21,67%.

Cadangan Kerugian Penurunan Aset. ( CKPN ) merupakan cadangan yang dibuat bank dengan tujuan menghadapi risiko kerugian yang diakibatkan penanaman  dana dalam aktiva produktif. Sederhananya CKPN adalah dana yang dicadangkan bank untuk mengantisipasi aset piutang kredit dan lain-lain yang beresiko tinggi untuk macet.  Tercatat CKPN BBNI ada di angka 4,17%

Non Performing Loan (NPL ) memberi kita gambaran seberapa besar kredit bermasalah dibanding dengan seluruh kredit yang disalurkan. NPL adalah kredit bermasalah yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. NPL suatu bank sebaiknya tidak lebih dari 5%. Pada BBNI tercatat NPL gross ada di angka 2,38 dan NPL net sebesar 0,52%. Rata-rata NPL Perbankan di Indonesia di saat yang bersamaan adalah 2,77%. Jadi NPL BBNI bisa dikatakan cukup baik.

Net Interes Margin(NIM) atau dalam bahasa indonesia margin bunga bersih adalah selisih antara bunga yang diterima bank dari kredit yang disalurkan dengan bunga yang dibayar bank kepada nasabah pemilik dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito dan seterusnya). NIM bank BBNI ada di angka 4,88%, angka ini berada diatas rata-rata NIM bank di indonesia yang ada di angka 4,31%

Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin rendah nilainya maka semakin bagus. Apabila nilai BOPO lebih besar dari 100%, berarti bank sedang merugi. Dalam hal ini, BOPO BBNI terjaga di angka 73,15%. Angka ini lebih baik dari rata-rata BOPO bank di Indonesia yang angkanya mencapai 88,84%.

Nah yang membuat BBNI menarik adalah Price Book Value Rationya yang ada di angka 0,78x. Terlebih bila penulis perhatikan kondisi fundamental BBNI bisa dikatakan cukup baik. Bahkan berhasil membukukan Return On Equity di atas 10% secara konsiten selama 5 tahun terakhir. Namun risko yang dihadapi BBNI tentu juga harus menjadi pertimbangan, mengingat sektor perbankan adalah salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi covid-19 yang terjadi saat ini. Bila kedepannya corona bisa diatasi dengan baik, dan ekonomi kembali berjalan baik, tentu akan menjadi sentimen yang sangat baik bagi Bank BNI. Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka bukan tidak mungkin saham BBNI akanterkoreksi lebih dalam.
Bagaimana pendapat anda tentang saham BNI?

Post a Comment for "Analisis Fundamental Saham BBNI"