Kamu ingin berinvestasi saham, tetapi tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk membeli saham? kamu pasti pernah mendengar pepatah, "beli saat murah dan jual saat mahal." Masalahnya, kapan harga saham dianggap murah? Apakah saat harganya Rp1.000 per lembar atau Rp10.000 per lembar?
Jawabannya adalah saat harga saham berada di bawah nilai intrinsiknya. Misalnya, saham A harganya Rp1.000 per lembar, namun setelah dihitung, nilai intrinsiknya adalah Rp500 per lembar. Maka, saham A bisa dikatakan mahal karena dijual dua kali lipat dari nilai intrinsiknya.
Sebaliknya, saham B memiliki harga Rp10.000 per lembar, dan nilai intrinsiknya adalah Rp20.000 per lembar. Maka, saham B bisa dikatakan murah karena harga sahamnya sedang diskon 50%.
Lalu, bagaimana cara menghitung nilai intrinsik? Tenang, diartikel ini kita akan membahas empat cara paling sederhana untuk menghitung nilai intrinsik saham, khusus untuk pemula. Pastikan membaca sampai selesai, karena ada tips penting di akhir!
Cara Pertama: Menggunakan Book Value
Pertama-tama yang perlu kita pahami bahwa Book Value (modal bersih) = Aset Perusahaan - Utang Perusahaan.
Ilustrasi sederhananya sebagai berikut:
Misalnya, Pak Candra membangun usaha barbershop dengan modal sebagai berikut:
Tanah dan bangunan sebesar Rp1 miliar.
Biaya peralatan sebesar Rp200 juta.
Maka, nilai aset usaha Pak Candra adalah Rp1,2 miliar. Tapi, ternyata dana untuk pembelian peralatan sebesar Rp200 juta adalah hasil berutang di bank. Sehingga, book value dari usaha barbershop Pak Candra adalah Rp1,2 miliar - Rp200 juta = Rp1 miliar.
Seandainya Pak Candra menawarkan untuk menjual usaha barbershop-nya, di harga berapa kamu akan tertarik membelinya? Jawaban tentu saja di bawah Rp1 miliar, atau setidaknya di harga Rp800 juta. Semakin murah, tentu semakin menarik.
Mari kita langsung praktikkan!
Misalnya, saham ASII (Astra International). Nilai Book Value-nya adalah Rp5.467 per lembar. kamu tidak perlu khawatir, data ini tidak harus dihitung manual karena sering kali sekuritas sudah menyediakannya. Harga sahamnya saat artikel ini dibuat adalah Rp4.450 per lembar. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa harga saham ASII saat ini sedang diskon Rp1.017 per lembar.
Untuk memudahkan, investor biasanya menggunakan rasio Price to Book Value (PBV). Dengan contoh di atas, Rp4.450 / Rp5.467 = 0,81. Sederhananya, ASII dijual 81% dari nilai intrinsiknya, atau bisa dikatakan diskon 0,19 (19%).
Tentu saja, metode valuasi ini tidak bisa digunakan untuk semua saham. Blimin lebih suka menggunakannya pada perusahaan yang konsisten menghasilkan keuntungan. Setidaknya, konsisten membukukan Return On Equity (ROE) di atas 10% selama 5 tahun terakhir, atau 10 tahun lebih baik.
Untuk apa membeli perusahaan yang diskon jika perusahaannya tidak menghasilkan keuntungan, bahkan rugi? Jadi, Blimin akan membeli barbershop Pak Candra jika dijual di bawah Rp800 juta, itu pun jika dalam 5 tahun terakhir selalu berhasil membukukan ROE di atas 10%. Seperti yang dikatakan Pak Lo Kheng Hong, "Belilah perusahaan bagus yang dijual di harga diskon." Sehingga, meskipun Pak Candra menawarkan bisnis barbershop-nya di harga Rp500 juta tetapi perusahaan tidak menghasilkan laba atau malah rugi, lama-kelamaan Rp500 juta itu juga akan tergerus.
Cara Kedua: Menggunakan Return On Equity (ROE)
Pertama, tentu kita harus memahami ROE terlebih dahulu, di mana: Return On Equity (ROE) = Laba Bersih / Book Value
Kembali pada analogi di atas, setelah beroperasi, usaha barbershop Pak Candra memberikan penghasilan bersih sebesar Rp150 juta per tahun. Sehingga, Return On Equity-nya adalah:
Rp150 juta / Rp1 miliar = 15%
Cara Menghitung Nilai Intrinsiknya dengan rumus sederhana ini:
Perusahaan dengan ROE 10%, harga wajarnya/nilai intrinsiknya di PBV 1x.
Perusahaan dengan ROE 15%, harga wajarnya/nilai intrinsiknya di PBV 1.5x.
Perusahaan dengan ROE 20%, harga wajarnya/nilai intrinsiknya di PBV 2x.
Seandainya Pak Candra menjual usaha barbershop-nya di kondisi saat ini, di harga berapa Blimin akan membelinya? Jawaban: di bawah Rp1,5 miliar, atau disaat PBV perusahaan di bawah 1.5x.
Mari kita langsung praktikkan!
Misalnya, saham BBNI (Bank BBNI). Nilai Price to Book Value (PBV)-nya adalah 0.9x dan Return On Equity (ROE) perusahaan ada di angka 12,8%. Sehingga, dapat diasumsikan saham BBNI masih diskon. Setidaknya, dengan ROE 12%, nilai intrinsiknya setara dengan PBV 1.2x. Sama seperti rasio sebelumnya, Return On Equity perusahaan bisa sangat mudah didapatkan di aplikasi sekuritas atau web gratis lainnya.
Cara Ketiga: Menggunakan Price Earning Ratio (PER)
Pada cara yang ketiga ini, kita akan belajar satu rasio lagi, yaitu Price Earning Ratio (PER). Price To Earning Ratio (PER) = Harga Saham / Laba Saham
Dengan rumus yang sama, mari kita hitung Price Earning Ratio dari bisnis barbershop Pak Candra. Misalnya, Pak Candra akan menjual usaha barbershop-nya yang memiliki laba bersih Rp150 juta per tahun di harga Rp1,5 miliar. Sehingga, Price Earning-nya adalah: Rp1,5 miliar / Rp150 juta = 10x
Blimin biasanya menggunakan cara berikut ini hanya untuk bisnis yang sudah beroperasi minimal 5 tahun. Kita bisa menggunakan rata-rata Price Earning Ratio perusahaan 5 tahun terakhir sebagai harga wajarnya. Misalnya, saham BBRI selama 5 tahun terakhir rata-rata Price Earning Ratio-nya adalah 17x. Sehingga, dapat diasumsikan harga saham BBRI saat ini sedang diskon karena PER-nya hanya 10x.
Analogi sederhananya, anggap kamu tertarik membeli sebuah barbershop yang memberi keuntungan Rp150 juta per tahun. Pak Candra memberi harga Rp1,5 miliar, atau ini setara dengan PER 10x. Nah, seandainya di tahun depan barbershop-nya makin berkembang dan memberi keuntungan Rp200 juta per tahun. Menurutmu, apakah Pak Candra tetap akan menjualnya di harga Rp1,5 miliar ? tentu saja tidak, kemungkinan besar Pak Candra akan memperbarui harga jualnya. Misalnya menjadi 2 miliar atau setara dengan 10x lipat dari labanya (PER 10).
Dan Terakhir, Valuasi Saham Ala Lo Kheng Hong
Dalam sebuah podcast baru-baru ini, Pak Lo Kheng Hong menyampaikan bahwa ia telah membuat rumusan yang disebutnya "Rumus Angka 9" yang bisa membuat investor saham menjadi kaya. Rumusnya sederhana: belilah saham yang Price Earning Ratio (PER)-nya maksimum 9x dan Price to Book Value (PBV)-nya maksimum 1x.
Ingat, cara ini tidak bisa digunakan di semua saham. Untuk mengurangi risiko, blimin hanya menggunakannya pada saham dengan kinerja konsisten, di mana Return On Equity (ROE)-nya selalu di atas 10% selama 5 tahun terakhir. Bagi kalian yang tidak punya waktu untuk screening sahamnya, kalian bisa melihat watchlist saham Blimin secara real-time cukup dengan support blimin melalui fitur membership di link berikut ini Watchlist Saham.
Semoga artikel ini bermanfaat! Jangan ragu untuk berdiskusi di kolom komentar, dan kamu bisa menonton versi video dari artikel ini disini 4 Cara Valuasi Saham Untuk Investor Pemula
Post a Comment for "4 Cara Valuasi Saham Untuk Investor Pemula"